Good Bye
By : Snow Bear
Title : Good Bye
Author : Snow Bear
Genre : Sad Romance
Cast : Xiumin (EXO), Park Nana (OC)
Note : FF ini diadaptasi dari MV Jin (Gone) hehe.. emang udah lama
banget Mv-nya, FF-nya juga udah lama tapi baru bisa dipublis sekarang nih,
namun tokohnya sedikit aku ganti nih
hehehe~ tapi..ceritanya agak beda kok dari MV-nya dan ini murni dari otak aku
sendiri... semoga kalian suka ya dan semoga FF ini bisa jadi inspirasi untuk
kalian yang lagi mau bikin FF, oke chingu~ Happy reading~ tolong RCL ne? [NO
COPAS] ne? Gomawo ^^
******************************************************************************************
NANA POV.
Aku
menuju tempat latihan pianoku, ini hari pertamaku masuk ke les piano ini, sebenarnya
aku tidak terlalu menyukai musik, ini adalah paksaan ayahku yang seorang guru
di suatu les piano. aku turun dari mobil pribadiku, aku berjalan menyusuri
jalan setapak, aku pun melihat tampak seorang pemuda duduk sambil memainkan
pianonya, alunan nadanya sangat indah dan enak di dengar, nada ini seperti
menggambarkan suasana hatinya yang sedang kesepian, aku berdiri mendengarkan
nada indah itu tak sadar dia sedang duduk memperhatikanku dengan rasa
kebinggungan, akupun langsung kabur masuk ketempat les ayahku, aku sangat kaget
waktu itu.
Sehabis
pulang les aku berjalan menyusuri lorong kecil dekat ruangan pianoku, aku
melihat lelaki itu lagi dia memandangiku heran, dia terus memandangiku sambil
berjalan dan sepertinya dia sangatlah penasaran tentang diriku, sebegitukah dia
penasarannya tentang aku.
Hari
kedua, aku masuk ke les piano ini. aku menunggu dia datang, aku mengintipnya
dari belakang jendela ruang pianoku, tertampak mobil berwarna silver terparkir
di halaman les piano.
“ Nana!!! ” terdengar
suara ayahku memanggil namaku dengan tegas, aku langsung menghampirinya
“ada apa ayah?” kataku
“ada apa? Ini saatnya
jam latihan pianomu!! Apa kau lupa?” katanya dengan suara yang cukup keras
“iya..” kataku dengan
nada rendah
Aku
sedikit melihat kearah jendela, dia sepertinya mencuri-curi pandangan dariku,
setiap aku menoleh dia pura-pura tidak melihatku padahal jelas-jelas aku
melihatnya sedang memandangiku. Aku memainkan tuts demi tuts piano dengan ragu.
Tiba-tiba saja aku terkaget mendengar pukulan ayahku yang mengenai pundakku.
“kamu ini salah terus..
kan sudah saya jelaskan berulang kali jika not ini langsung kembali ke not yang
pertama” katanya sambil menunjuk kertas laguku, aku hanya terdiam memandangi
piano hitam itu, dan tiba-tiba air mataku mengalir di pipiku membasahi rok
bewarna hitamku, aku sangat sedih karena tidak bisa membuat ayahku bangga,
membuat diriku seperti apa yang diharapkan ayahku.
“sudahlah!! Pelajaran
kita sampai disini!!!” kata ayahku sambil mengebrak pintu, Aku mencoba
memainkannya sendiri dengan benar, tapi hasilnya aku tidak bisa memainkannya
seindah permainan piano lelaki itu, lelaki itu memang sangat pandai memainkan
piano dengan indah aku mengakui kemampuannya. tiba-tiba seseorang ada yang
memegang pundakku, aku sangat kaget ada seseorang yang muncul dibelakangku, dan
ternyata lelaki itu.
“hmm.. ka..kamu siapa?”
kataku dengan terbata-bata
“apa kamu tidak apa-apa?
Oh iya namaku Xiumin, kamu susah memainkan piano ini ya? Mau aku bantu?”
katanya
“i..iya.. hmm.. kamu
laki-laki yang waktu itu kan? Kamu mengapa selalu memperhatikanku, ada yang
salah denganku?” tanyaku
“tidak, kamu hanya saja
seperti orang yang terkagum-kagum mendengar musikku padahal lagu ini baru aku
ciptakan kemarin, apa kamu suka?” tanyanya
“iya aku suka.. apa
nama lagunya?” tanyaku
“namanya? Hmm.. ‘MELODI
PERPISAHAN’..? oh ya namamu siapa?” tanya xiumin
“aku? Nana, Park Nana..”
jawabku
“oh nana..ayo kemari!
aku akan ajarkan nada-nada piano, agar kamu bisa, agar kamu tidak dimarahi guru
itu lagi..hehe” katanya, senyum diwajahnya sangat manis, sepertinya aku mulai
menyukainya, rasanya aku bersemangat kembali. Aku melihat xiumin membuka sebuah
wadah berisi butiran putih di balik sakunya, akupun bertanya kepadanya.
“Xiumin itu apa?? Apa
itu sebuah obat?”
“tidak, ini adalah
permen karet, kau mau?” jawabnya, wadah berisi butiran putih itu kini menjadi
wadah berisi sejumlah permen karet warna warni, aku mulai menghwatirkannya apa
dia sakit, tapi rasanya tidak mungkin dia baik-baik saja. Tiba-tiba dia
menyuapiku satu permen karet kedalam mulutku, aku benar-benar dibuat tersipu
malu dengannya.
Seminggu
telah berlalu aku dan Xiumin kini menjadi sangat dekat. Dia mengajakku untuk
pergi kesuatu tempat di dekat les pianoku, dia menarik tanganku bermaksud untuk
mengajakku ke dekat danau. Kami saling berbincang-bincang tentang pengalaman
kami berdua. Tak lama kami berbicara tampak sebuah mobil bewarna hitam dan
terparkir di dekat danau, seseorang keluar dari mobil itu dan ternyata ayahku.
Aku terkejut karena saat itu ayahku membawa sejumlah orang di belakangnya yaitu
pegawalnya. Mereka langsung menarik kedua tangan baekhyun dan membawa baekhyun
kerumahnya, aku tidak tahu harus berbuat apa, aku seperti orang bodoh yang
tidak tahu harus apa. Aku melihat sebuah wadah berisi butiran putih miliknya
terjatuh, aku langsung mengambilnya. Aku terus memanggil namanya sekeras
mungkin sambil menangis karena aku mulai khwatir akan keadaannya.
Sebulan
telah berlalu sesudah kejadian itu, aku terus melihat wadah itu dengan teliti,
sebenarnya ini obat apa, apa hanya sebuah vitamin. Tiba-tiba air mataku
terjatuh mengingatnya, aku khawatir akan keadaannya saat ini, apa dia tidak
apa-apa. Aku tidak tahu kabarnya saat ini karena aku dilarang mendekatinya.
Sebenarnya aku sudah dijodohkan dengan orang lain saat ini, oleh karena itu aku
dilarang mendekatinya.
Aku
menunggu dan terus menunggunya agar datang kemari. Besar harapanku agar bertemu
dengannya. Semenit kemudian aku mendenggar seseorang membuka pintu ruang
pianoku, aku melihat kearahnya, dan itu adalah xiumin. Dia terlihat kurang
sehat, wajahnya sangatlah pucat dan tubuhnya terlihat sangat lemas. Dia menuju
ke arah piano hitamku dan mulai memainkan lagu yang berjudul “melodi
perpisahan” yang diciptakannya. Aku sangat terharu mendengarnya, lagunya sangat indah, sangat menggambarkan
tentang perasaanku. Tiba-tiba nadanya terhenti. Aku melihatnya terbaring diatas
piano. Aku langsung menghampirinya dengan berjatuhan air mata.
“xiumin.. kamu kenapa??
Ayo bangun!!! Kamu jangan meninggalkanku!! Apa kamu dengar?? Ha??” kataku, yang
saat itu tubuhnya terbaring di atas piano dan aku memeluknya erat diatas
punggungnya. Air mataku kini semakin deras melihatnya terbaring diatas piano.
Aku berlari menuju ayahku meminta pertolongan. Ayahku langsung membawanya
kerumah sakit, tapi saat dia diperiksa ternyata nyawanya sudah tiada, dia sudah
meninggal, karena penyakit jantungnya kini semakin parah. Air mataku semakin
menggalir melihatnya seperti itu aku sangat merasa kehilanggan, aku tidak
menyangka bila dia harus pergi secepat ini, sesungguhnya aku tidak rela
kehilangan dia.
Seminggu
telah berlalu sesudah kepergian xiumin, aku sangat sedih, hatiku rasanya
teriris dengan kepergiannya. Tiba-tiba seorang lelaki tua yaitu paman xiumin,
datang menghampiriku menyerahkan sebuah surat untukku. Aku membaca sebuah surat
itu yang isinya kata-kata darinya.
“Nana.. apakah kamu
membaca surat ini?
Aku disini sangat
kesepian tampa dirimu...
Aku menulis surat ini
karena sesungguhnya
dari awal saat aku
bertemu denganmu, aku sudah mulai menyukaimu..
tapi, apa daya aku
tidak mungkin memilikimu...
kamu sudah dijodohkan
dengan orang lain..aku tidak bisa berbuat apa-apa
tapi tidak apa-apa,
karena bisa bersama denganmu saja aku sudah sangat bahagia..
nana...jaga dirimu
baik-baik, jangan sedih jika suatu saat aku meninggalkanmu..jika kamu
menangis..itu membuatku sangat sedih nantinya..
nana.. aku sangat
menyayangimu.. namun, aku harus pergi, karena mungkin suatu saat aku akan pergi, karena penyakitku kini semakin
memburuk. Tapi, tidak apa-apa suatu saat nanti kita akan bertemu lagi di dunia
yang lain. Kita akan bertemu, kita akan selamanya bersama. Aku janji....
selamat tinggal...PARK
NANA namamu akan selalu aku ingat....”
aku
menangis terharu membaca surat ini. Aku percaya padanya jika suatu saat nanti
kita akan bertemu. Aku akan menjalani hidupku dengan bahagia tampa dirinya
sekarang. Aku akan selamanya mengingatnya. Saat dimana kita bertemu, saat kita
bersama, dan saat kita berpisah. Aku takan lupa oleh semua kenangan itu. Karena
kita akan selalu bersama dimanapun kita berada walau berbeda alam sekarang. Aku
akan tetap bersamamu, selamanya.
-SELESAI-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar